Enter a long URL to make tiny:

Jurnal Skripsi-Ku



Studi Kasus Pendekatan Terapi Dzikir Jahar Dengan Bacaan Laa Ilaaha Illallaah  Menangani Kecemasan Tahanan Anak Yang Putus Sekolah di Rutan Kelas 1 Surabaya

Sultan Sahrir
Program Studi Bimbingan Konseling Islam
Fakultas Dakwah dan Komunikasi
UIN Sunan Ampel Surabaya

Abstract: The focus of the study are (1) How is the Case Study Process Approach to Dzikir Jahar Therapy With Laa Ilaaha Illallaah Reading Handles the Anxiety of Prisoners of the Out-of-School Children in Class 1 Rutan Surabaya? (2) How Results of Implementation of Case Study Approach Dzikir Jahar Therapy With Laa Reading Ilaaha Illallaah Handles the Anxiety of Prisoners of Children who dropped out of School in Class 1 Rutan Surabaya? In answering these problems, this study used a qualitative research approach used to examine the natural object conditions in which the researcher as a key instrument and data collection techniques are conducted in triangulation, and the type of research is case study, a model that emphasizes exploration in one case Detailed, accompanied by deep data mining. In this study, the therapeutic process using Dzikir Jahar Therapy With Laa Ilaaha Illallaah Reading can handle school dropout anxiety in the counselee. And the outcome of this therapeutic process was quite successful with the change in the scale of anxiety dropped out of the counselee from the number 45 to the 50 number in which the results indicated that the counselee's self anxiety had decreased slightly, with a percentage rate of 66.6%, said "Enough Behasil ".
Keywords: Dzikir Jahar Laa ilaaha illallaah, Anxiety Drop Out School

Abstrak: Fokus penelitian adalah (1) Bagaimana Proses Pelaksanaan Studi Kasus Pendekatan Terapi Dzikir Jahar Dengan Bacaan Laa Ilaaha Illallaah  Menangani Kecemasan Tahanan Anak Yang Putus Sekolah di Rutan Kelas 1 Surabaya ? (2) Bagaimanakah Hasil Pelaksanaan Studi Kasus Pendekatan Terapi Dzikir Jahar Dengan Bacaan Laa Ilaaha Illallaah  Menangani Kecemasan Tahanan Anak Yang Putus Sekolah di Rutan Kelas 1 Surabaya ? Dalam menjawab permasalahan tersebut, penelitian inimenggunakan pendekatan penelitian kualitatif yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah dimana peneliti sebagai instrumen kunci dan teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi, dan jenis penelitian yaitu studi kasus, suatu model yang menekankan pada eksplorasi pada satu kasus secara mendetail, disertai dengan penggalian data secara mendalam. Dalam  penelitian  ini, proses terapi menggunakan Terapi Dzikir Jahar Dengan Bacaan Laa Ilaaha Illallaah dapat menangani kecemasan putus sekolah pada diri konseli. Dan hasil dari proses terapi ini cukup berhasil dengan perubahan pada skala kecemasan putus sekolah diri konseli dari jumlah angka 45 ke jumlah angka 50 yang  mana   hasil  tersebut  menunjukkan   bahwa   kecemasan   diri   konseli   telah sedikit menurun, dengan tingkat presentase 66,6%, dikatakan “Cukup Behasil”.

Kata kunci : Dzikir Jahar Laa ilaaha illallaah, Kecemasan Putus Sekolah
A.    PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang Masalah
Ahli – ahli jiwa yang banyak memperhatikan dan meneliti para remaja, berpendapat bahwa masa Remaja adalah masa goncang, yang terkenal dengan berkecamuknya perubahan – perubahan emosionil. Dahulu orang menyangka bahwa hal itu disebabkan oleh perubahan jasmani, terutama perubahan hormone – hormone seks pada masa Remaja itu. Akan tetapi, hasil – hasil penelitian baru telah mebuktikan bahwa, tidak perubahan hormone seks saja yang mempengaruhi remaja, karena perubahan hormone itu mencapai puncaknya pada permulaan masa remaja, sedangkan problema – problema emosi itu mencapai puncaknya pada periode remaja terakhir. Oleh karena itu jelaslah bahwa kegoncangan emosi itu tidaklah disebabkan oleh perubahan hormone seks dan tubuh saja, akan tetapi juga sebagai akibat dari suasana masyarakat dan keadaan ekonomi yang melindungi para remaja. Bahkan ada yang berpendapat bahwapengaruh lingkungan lebih besar dari pada pengaruh hormone – hormone itu. Karena semua remaja mengalami perubahan jasmani dan hormone itu, akan tetapi tidak semua mereka mengalami problema emosionil.[1]
Dalam kondisi seorang anak tahanan yang sedang terkena kasus sehingga di tahan di dalam ruangan tahanan mempunyai kecenderungan mengalami depresi, dikarenakan timbul perasaan cemas yang diakibatkan tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dan karena juga kasus yang menjeratnya sehingga mempengaruhi masa depan dirinya. Ciri – ciri yang menonjol pada seorang anak tahanan tersebut yaitu perasaan khawatir, takut, gelisah, kurang bergaul / kurang akrab dengan teman – temannya, sering menyendiri, tidak bisa membuat keputusan sendiri, kehilangan percaya diri, kurang fokus, gejala fisiknya yaitu kurang nafsu makan, kadang – kadang kurang tidur.[2]
Seseorang bisa menjadi cemas bila dalam kehidupannya terancam oleh sesuatu yang tidak jelas karena kecemasan dapat timbul pada banyak hal yang berbeda -beda. Kecemasan menghadapi masa depan yang dialami oleh anak tahanan disebabkan oleh kondisi masa datang yang belum jelas dan belum teramalkan, sehingga bagaimanapun tetap menimbulkan kekhawatiran dan kegelisahan apakah masa sulit tersebut akan terlewati dengan aman atau merupakan ancaman seperti yang dikhawatirkan.
Dengan peran agama diharapkan problema tersebut dapat diatasi. Agama dapat mengisi arti kehidupan manusia sepantasnya yang digunakan sebagai landasan filosofis penyembuhan manusia yang terkena gangguan mental.[3]Melalui terapi yang bertujuan untuk bagaimana cara membantu individu agar dapat mengembangkan diri, menumbuhkan perkembangan psikologis dan kematangan sosialnya. Melalui pemahaman keagamaan konseli berperan sebagai pengantar menuju peningkatan keimanannya.[4]
Berdzikirkepada Allah merupakan penyelamat jiwa dari berbagai kerisauan, kegundahan, kekesalan, dan goncangan. Dengan berzikir kepada Allah, awan ketakutan, kegalauan, kecemasan, penyesalan, dan kesedihan akan sirna. Bahkan dengan zikir kepada-Nya segunung tumpukan beban kehidupan dan permasalahan hidup akan runtuh dengan sendiinya. Semakin banyak mengingat kepada Allah, pikiran akan semakin terbuka, hati semakin tenteram, jiwa semakin bahagia dan nurani semakin damai sentosa. Itu karena mengingat Allah terkandung nila – nilai ketawakkalan kepada-Nya, kepasrahan kepada-Nya berbaik sangka kepada-Nya dan pengharapan kebahagiaan dari-Nya. Dia senantiasa dekat ketika si hamba berdo’a kepada-Nya, senantiasa mendengar ketika diminta, dan senantiasa mengabulkan jika dimohon.[5]
2.      Tinjauan Pustaka
Terapi Dzikir Jahar Dengan Bacaan Laa Ilaaha Illallaah
Terapi secara etimologi diambil dari bahasa Arab, yaitu shafa – yashfi – shifa’an, yang artinya pengobatan, mengobati, menyembuhkan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), terapi diartikan sebagai suatu usaha memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit atau dalam pengobatan penyakit.[6] Dzikir berasal dari kata dzikir / dzakara,artinya mengingat, memerhatikan, mengenang sambil mengambil pelajaran, mengenal atau mengerti.[7]
Dzikir Djahar / Lisan, yang diperintahkan Allah SWT dapat dilakukan dengan qauly, yakni dengan mengucapkan tasbih, tahmid, tahlil, dan sebagainya. Dengan kata lain zikir dengan menyebut nama Allah dan sifat-Nya.[8]Dalam Tarekat Qadiriyah, Dzikir dilakukan dengan keras (yakni bersuara) tetapi tidak terlalu keras.[9]
Dzikir Jahar dalam Tarekat Qadiriyah biasa juga disebut dengan Dzikir Nafi Isbat, langkah – langkahnya sebagai berikut:
Pertama – tama, seorang Dzakir harus membaca istighfarsebanyak tiga kali, kemudian membaca sholawat tiga kali.
Kedua, dengan mata terpejam, agar lebih menghayati arti dan makna kalimat yang diucapkan, yaitu Laa Ilaaha Illallaah. Mengucapkan kalimat Laa dengan panjang, dengan menariknya dari bawah pusat ke arah otak, melalui kening, tempat di antara dua alis. Seolah – olah menggoreskan garis lurus, dari bawah pusat, ke ubun – ubun. Garis sinar keemasan kalimat tauhid.
Selanjutnya mengucapkan “Ilaaha”, seraya menarik garis lurus dari otak ke arah atas susu kanan, dan menghantamkan kalimat “Illa Allah” ke dalam hati sanubari yang ada di bawah susu kiri, dengan sekuat – kuatnya. Hal ini dimaksudkan agar lebih menggetarkan hati sanubari, dan membakar nafsu – nafsu jahat yang dikendalikan oleh syaitan.[10]
Praktek Dzikir ini selain dengan adanya gerakan tersebut, juga dilaksanakan dengan ritme dan irama tertentu. Yaitu mengucapkan kalimat la, ilaaha, illa, Allah, dan mengulanginya 3 kali secara pelan – pelan. Masing – masing diikuti dengan penghayatan makna kalimat nafi isbat itu. Yaitu: Laa ma’buda illa Allah (tidak ada yang berhak untuk disembah kecuali Allah), laa maqsuda illa Allah (tidak ada yang dimaksud kecuali Allah), dan laa maujuda illa Allah (tidak ada yang maujudkecuali Allah). Setelah pengulangan yang ketiga, dzikr dilaksanakan dengan nada yang lebih tinggi, dan dengan ritme yang lebih cepat. Semakin lama, nada dan ritmeny diusahakan semakin tinggi, agar gaibiat “kefanaan” semakin cepat diperoleh. Dan dengan cara ini pula ektase segara dapat dirasakan. Hal ini terjadi karena dengan pengaturan nada, dan irama dzikrini akan menekan dan menghindari masuknya khatir (lintasan pikiran dan khayalan) ke dalam hati sanubari, sehingga yang dirasakan dan diperhatikan hanya Allah semata.[11]
Memang di dalam Alquran, perintah dzikr tidak disebutkan jumlahnya. Hanya saja dalam beberapa ayat disebutkan bahwa dzikrharus dilaksanakan yang sebanyak – banyaknya. Sehingga penempatan angka 165, dalam dzikr nafi isbat ini merupakan ijtihad murni dari pendiri tarekat ini. Ada yang mengatakan bahwa hitungan ini sebagai komposisi ajaran dasar agama islam, yaitu: “1” melambangkan rukun ihsan, “6” sebagai lambang rukun iman, dan “5” sebagai lambang rukun islam. Ada juga yang memberikan makna berdasarkan jumlah nilai huruf (horoscop), dari kalimat Laa Ilaaha Ila Allah. 165 adalah penjumlahan dari nilai masing – masing huruf hijaiyah yang ada dalam kalimat Tayyibat itu. Yaitu: “Laa” 31, “Ilaaha” 36,Illa” 32, dan “Allah” 66. Sehingga jumlahnya 165. Inilah jumlah banyak yang terbaik, karena ibarat memasukkan muatan, tepat pada kapasitas tempatnya. Demikian juga ada yang meyakini bahwa jumlah itu adalah dosis yang ditetapkan dan komposisi obat yang diramu oleh syekh sebagai dokter rohani, dan sepenuhnya menjadi hak mursyid atau syekh yang sudah Kamil Mukammal.[12]
Kecemasan Putus Sekolah
Kecemasan adalah suatu keadaan perasaan yang ditandai dengan gejala – gejala jasmaniah seperti ketegangan fisik dan kekhawatiran tentang masa yang akan datang dengan perasaan khawatir. Kecemasan mungkin melibatkan perasaan, perilaku dan respons – respons fisiologis.[13]
a.       Ciri – ciri Fisik dari Kecemasan
1)        Kegelisahan dan kegugupan.
2)        Tangan atau anggota tubuh yang bergetar atau gemetar.
3)        Banyak berkeringat atau telapak tangan yang berkeringat.
4)        Mulut atau kerongkongan teras kering.
5)        Sulit berbicara.
6)        Jantung yang berdebar keras atau berdetak kencang.
7)        Suara yang bergetar.
8)        Jari – jari atau anggota tubuh yang menjadi dingin.
9)        Wajah terasa memerah.
b.      Ciri – ciri Kognitif dari Kecemasan
1)        Khawatir tentang sesuatu.
2)        Perasaan terganggu akan ketakutan atau aprehensi terhadap sesuatu yang terjadi di masa depan.
3)        Keyakinan bahwa sesuatu atau mengerikan akan segera terjadi, tanpa ada penjelasan yang jelas.
4)        Terpaku pada sensasi ketubuhan.
5)        Sangat waspada terhadap sensasi ketubuhan.
6)        Merasa terancam oleh orang atau peristiwa yang normalnya hanya sedikit atau tidak mendapat perhatian.
7)        Ketakutan akan kehilangan kontrol.
8)        Ketakutan akan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah,
9)        Berpikir bahwa semuanya tidak bisa lagi dkendalikan.
10)    Berpikir bahwa semuanya terasa sangat membingungkan tanpa bisa diatasi.
11)    Khawatir terhadap hal – hal yang sepele.
12)    Berpikir tentang hal mengganggu yang sama secara berulang – ulang.
13)    Berpikir bahwa harus bisa kabur dari keramaian, kalau tidak pasti akan pingsan.
14)    Pikiran terasa bercampur aduk atau kebingungan.
15)    Tidak mampu menghilangkan pikiran – pikiran terganggu.
16)    Berpikir akan segera mati, meskipun dokter tidak menemukan sesuatu yang salah secara medis.
17)    Khawatir akan ditinggal sendirian.
18)    Sulit berkonsentrasi atau memfokuskan pikiran.
c.       Ciri – ciri Behavioral dari Kecemasan
1)        Perilaku menghindar.
2)        Perilaku melekat dan dependen.
3)        Perilaku terguncang.[14]
Secara umum, faktor – faktor yang menyebabkan timbulnya kecemasan adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi tingkat religiusitas yang rendah, rasa pesimis, takut gagal, pengalaman negatif masa lalu, dan pikiran – pikiran tidak rasional. Sementara eksternal seperti kurangnya dukungan sosial.[15]
Anak putus sekolah adalah keadaan dimana anak mengalami keterlantaran karena sikap dan perlakuan orang tua yang tidak memberikan perhatian yang layak terhadap proses tumbuh kembang anak tanpa memperhatikan hakhak anak untuk mendapatkan pendidikan yang layak.[16]
Berikut dipaparkan beberapa faktor penyebab anak tidak dan putus sekolah, yaitu:
1.      Faktor pertama yang menyebabkan anak tidak danputus sekolah adalah faktor ekonomi, yaitu mencapai 36%. Faktor ekonomi yang dimaksudkan adalah ketidakmampuan keluarga si anak untuk membiayai segala proses yang dibutuhkan selama menempuh pendidikan atau sekolah dalam satu jenjang tertentu.
2.      Faktor  kedua  yang  menyebabkan  anak  tidak  dan  putus  sekolah  adalah rendahnya atau kurangnya minat anak untuk bersekolah, Rendahnya minat anak dapat disebabkan oleh perhatian orang tua yang kurang, jarak antara tempat tinggal anak dengan sekolah yang jauh, fasilitas belajar yang kurang, dan pengaruh lingkungan sekitarnya.
3.      Faktor Ketiga, Kendala  budaya  yang  dimaksudkan  adalah  pandangan  masyarakat  yang menganggap bahwa pendidikan tidak penting. Pandangan banyak anak banyak rejeki membuat masyarakat di pedesaan lebih banyak mengarahkan anaknya yang masih usia sekolah diarahkan untuk membantu orang tua dalam mencari nafkah.
4.      Faktor keempat adalah cacat, IQ yang rendah, rendah diri, dan umur yang melampaui usia sekolah.[17]
3.      Rumusan Masalah
1.        Bagaimana Proses Pelaksanaan Studi Kasus Pendekatan Terapi Dzikir Jahar Dengan Bacaan Laa Ilaaha Illallaah  Menangani Kecemasan Tahanan Anak Yang Putus Sekolah di Rutan Kelas 1 Surabaya?
2.        Bagaimanakah Hasil Pelaksanaan Studi Kasus Pendekatan Terapi Dzikir Jahar Dengan Bacaan Laa Ilaaha Illallaah  Menangani Kecemasan Tahanan Anak Yang Putus Sekolah di Rutan Kelas 1 Surabaya?
B.     Metode Penelitian
1.      Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor yang di kutip oleh Tohirin dalam bukunya “Metode Penelitian Kualitatif (dalam pendidikan dan bimbingan konseling)”, penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang dapat di amati[18].
Sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian studi kasus. Studi kasus merupakan penelitian yang dilakukan secara intensif, terperinci dan mendalam terhadap suatu organisasi, institusi atau gejala-gejala tertentu.[19]Dalam studi kasus, peneliti mencoba untuk mencermati individu atau satu unit secara mendalam.
2.      Definisi Konsep
a.       Terapi Dzikir
Pengertian Terapi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah Pengobatan, Penyembuhan, Usaha untuk memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit (Kamus Besar Bahasa Indonesia 2005).[20]Selanjutnya dalam Kamus Lengkap Psikologi kata Therapy berarti “suatu perlakuan dan pengobatan yang ditujukan kepada penyembuhan satu kondisi patologis.”[21]
Dzikirberasal dari kata dzikir/dzakara,  artinya mengingat, memerhatikan, mengenang, sambil mengambil pelajaran, mengenal atau mengerti. Dzikir berarti pula ingat terhadap hukum – hukum Allah SWT. Dzikir juga bermakna mengambil pelajaran / peringatan. Juga mempunyai arti meneliti proses alam.[22]
b.      Dzikir JaharDengan Bacaan Laa Ilaaha Illalllaah
Dzikir dengan Lisan, dilakukan dengan mengucapkan Kalimat – kalimat Dzikir, baik dengan suara jelas (Jahar), atau samar, kalimat yang dicontohkan yaitu Kalimat Thoyyibah (subhanallah, walhamdulillah, wa laailaaha illaalah, wallaahu akbar).[23]
Ketika efek – efek baik dari dzikir keras timbul dalam diri dzakir, yakni api kerinduan pada Allah tersulut dan nama Allah membuat hatinya bahagia, serta bisikan – bisikan jahat dan perasaan munafik sepenuhnya menjadi hilang atau berkurang sama sekali.[24] Dalam kitab Tanwirul Quluub dijelaskan cara gerakan dzikir agar terjaga dari datangnya Syetan, merujuk Firman Allah dalam Al-Qur’an Surat Al’Arof ayat 17: “Demi Allah (kami Syetan) akan datang kepada manusia melalui arah depan, arah belakang, arah kanan dan arah kiri”. Ayat ini menunjukan arah datangnya syetan untuk menggoda manusia agar menjadi ingkar terhadap Allah. Jelas, sasarannya manusia melalui empat arah; 1. Depan, 2. Belakang, 3. Kanan, 4. Kiri. Maka, dzikirnya pun harus menutup empat arah. Dalam kitab Tanwirul Qulub: ucapkan kalimat “LAA” dengan diarahkan dari bawah pusat tarik sampai otak hal ini untuk menutup pintu syetan yang datang dari arah depan dan belakang. Adapun ditarik kalimat itu ke otak karena syetan mengganggu otak/pikiran kita sehingga banyak pikiran kotor atau selalu suuddzon. Dan “ILAA” dengan diarahkan ke susu kanan atas, dan kalimat “HA” diarahkan ke arah susu kanan bagian bawah adapun ini untuk menutup pintu syetan yang datang dari arah kanan. Dan “ILLALLAH” diarahkan ke susu kiri yang bagian atas serta bawahnya, hal ini untuk menutup pintu syetan yang datangnya dari arah kiri, namun lapadz jalalah yaitu lapadz “ALLAAH”nya diarahkan dengan agak keras ke susu kiri bagian bawah sekitar dua jari, karena disanalah letaknya jantung atau hati (keras bagaikan batu) sebagaimana pendapat Imam Al-ghozali.[25]
c.       Kecemasan Putus Sekolah
Cemas adalah suatu keadaan atau kondisi dimana seseorang merasa lemah sehingga dia kurang mampu bersikap dan berpikir secara rasional sesuai dengan kenyataan. Kecemasan merupakan suatu perasaan yang bersifat umum, dimana seseorang merasa takut dan kehilangan rasa percaya diri yang terkadang tidak jelas penyebabnya.[26]Menurut W. Baily, Kecemasan adalah perasaan takut yang kuat dan tidak realistik yang dibarengi oleh tanda – tanda penderitaan psikologis yang terlihat pada fisik seseorang (detak jantung, keringat, kegelisahan yang semakin meningkat).[27]
Secara umum, faktor – faktor yang menyebabkan timbulnya kecemasan adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi tingkat religiusitas yang rendah, rasa spesimis, takut gagal, pengalaman negatif masa lalu, dan pikiran – pikiran tidak rasional. Sementara eksternal seperti kurangnya dukungan sosial.[28]
Anak putus sekolah adalah keadaan dimana anak mengalami keterlantaran karena sikap dan perlakuan orang tua yang tidak memberikan perhatian yang layak terhadap proses tumbuh kembang anak tanpa memperhatikan hakhak anak untuk mendapatkan pendidikan yang layak.[29]
d.      Tahanan Anak
Tahanan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah orang yang ditahan karena dituduh melakukan tindak pidana atau kejahatan.[30]Tahanan adalah tersangka atau terdakwa yang ditempatkan dalam rutan.[31]
Istilah anak nakal yang terdapat dalam Undang – Undang Pengadilan Anak, dalam Undang – Undang Sistem Peradilan Pidana Anak tidak digunakan lagi. Peristilahan disesuaikan dengan Undang – Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, istilah anak nakal diganti menjadi Anak yang berhadapan dengan hukum yang selanjutnya disebut Anak adalah orang yang telah berumur 12 (dua belas) tahun tetapi belum mencapai 18 (delapan belas) tahun, yang diduga melakukan tindak pidana.[32]
3.      Subyek Penelitian
Subyek Penelitian ini adalah Seorang Tahanan Anak yang terkena kasus di Rutan Klas 1 Surabaya yamg mengalami masalah kecemasan putus sekolah, untuk menanganinya dengan menggunakan pendekatan Terapi Dzikir Jahar Dengan Bacaan Laa Ilaaha Illallaah.
Sedangkan lokasi penelitian ini, penulis memilih tempat di Rutan Kelas 1 Surabaya.
4.      Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a.       Wawancara
Dalam medote ini, penulis mengadakan wawancara langsung dengan sumber data primer dan sumber data sekunder. Adapun data – data yang diambil dari metode wawancara adalah identitas dan latar belakang konseli, hasil proses pendekatan Terapi DzikirJahar Dengan Bacaan Laa Ilaaha Illallaah, dan semua data yang terkait dengan subjek penelitian.
b.      Observasi
Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi non partisipan, dimana peneliti tidak terlibat langsung dengan kegiatan – kegiatan yang dilakukan oleh subjek. Peneliti hanya observasi segala aspek yang ada pada konseli selama proses pertemuan dengan subjek penelitian. Adapun data – data yang diambil dari metode observasi yaitu usaha untuk menangani masalah kecemasan menghadapi masa depan diri konseli untuk menjadi orang yang lebih baik, dan faktor – faktor yang mempengaruhi adanya kecemasan putus sekolah pada diri konseli.
c.       Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik yang dilakukan dengan mencari data mengenai hal-hal yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, agenda, catatan harian dan sebagainya.[33]Dalam hal ini bahan yang peneliti guanakan yaitu dokumen berupa tulisan mengenai riwayat hukum subjek penelitian yang bersangkutan dan dokumen atau arsip objek penelitian.
5.      Metode Analisis Data
Pada penelitian ini, konselor menggunakan analisis deskriptif komparatif  yakni membandingkan antara data teori dengan data yang terjadi di lapangan ketika proses penelitian berlangsung sehingga bisa diketahui perbandingan antara konsep terapi konseling dengan fakta empiris di lapangan. Adapun data yang akan dianalisis adalah:
a.       Menguraikan tentang proses pelaksanaan Studi Kasus Pendekatan Terapi Dzikir Dengan Bacaan Laa Ilaaha Illallaah Untuk Menangani Kecemasan Tahanan Anak Yang Putus Sekolah di Rutan Kelas 1 Surabaya.
b.      Menguraikan tentang keberhasilan pelaksanaan Studi Kasus Pendekatan Terapi Dzikir Dengan Bacaan Laa Ilaaha Illallaah Untuk Menangani Kecemasan Tahanan Anak Yang Putus Sekolah di Rutan Kelas 1 Surabaya.
C.    Hasil dan Pembahasan
1.      Deskripsi Kecemasan Tahanan Anak Yang Putus Sekolah di Rutan Kelas 1 Surabaya
Konseli adalah Rizal (nama samaran) seorang anak yang masih berusia 16 Tahun. Konseli mengalami permasalahan melakukan tindakan yang menyimpang dari norma dan nilai yang ada di masyarakat, yaitu melakukan tindakan pencurian Handphone dan tertangkap polisi akhir bulan April lalu. Ia terjerat pasal 365 UU Pencurian dengan hukuman penjara selama 18 bulan. Mencuri merupakan bukan pekerjaan konseli tiap hari, ia hanya diajak sama teman tetangganya dan karena memang baru kali ini ia mencuri. Pergaulan yang salah menjadi salah satu faktor masalah tersebut.
Awalnya, Konseli yang seharusnya sudah naik kelas 12 SMA tapi karena ibunya tidak mampu membiayai anaknya karena ayahnya sudah meninggal sejak kelas V SD dan konseli tidak sampai tega melihat ibunya untuk membiayai konseli, sehingga konseli memutuskan untuk mengamen bersama teman tetangganya, dan juga karena pengaruh terbesar ajakan teman – teman tetangganya untuk putus sekolah.
Awal tertangkapnya, ia diajak sama teman tetangga rumahnya berlima orang dengan dua sepeda motor untuk mencuri HP Oppo di daerah Jalan Kartini Kupang Surabaya dekat Giant. Mereka tertangkap karena dikejar sama Korban, teman – temannya  dikejar sampai di pandegiling Surabaya dan konseli sendiri tertangkap di rumahnya sendiri.  ia juga sengaja ikut mencuri karena ia ingin membiayai sewa pakaian acara karnaval adiknya karena waktunya sangat mepet tidak ada waktu mengamen untuk melunasi pembiayaan sewa pakaian adiknya sehingga ia memutuskan untuk mencuri bersama tetangga rumahnya.
Yang melatarbelakangi masalah tersebut, yaitu:
a.       Karena pergaulan konseli yang keliru,
b.      Kurangnya pengawasan dari ibu dan keluarganya yang lain sehingga menyebabkan anaknya bergaul dengan bebas dengan anak nakal yang lainnya,
c.       Ayahnya yang meninggal dunia sehingga dia spesimis untuk melanjutkan sekolah dan menjadi pengamen,
d.      Karena diperkuat juga ajakan teman tetangga konseli untuk putus sekolah,
e.       Karena ajakan teman – temannya untuk melakukan pencurian,
f.       Karena tidak adanya bimbingan agama baik ketika dia sebelum masuk Rutan sampai dia masuk ke Rutan.
2.      Deskripsi Proses Pelaksanaan Terapi Dzikir Jahar Dengan Bacaan Laa Ilaaha Illallaah Untuk Menangani Masalah Kecemasan Tahanan Anak Yang Putus Sekolah
Tabel 1.1
Jadwal Proses Penelitian
No.
Hari / Tanggal / Pukul
Informan
Kegiatan Selama Proses Konseling
1.
Selasa, 20 Juni 2017, Pukul 15:13 WIB
Konseli
-          Kenalan dengan Konseli (Attending),
-          Memberi ke Konseli berupa kerta biodata Konseli untuk diisikan,
-          Foto bersama dengan Konseli,
-          Memberikan angket kecemasan putus sekolah sebelum Treatmen untuk disikan,
-          Memberikan angket kisi – kisi instrumen anak putus sekolah,
-          Mengenal identitas konseli,
-          Menggali permasalahan konseli.
2.
Rabu, 21 Juni 2017, Pukul 13:00 WIB
-          Konseli
-          Teman dekat Klien (Danang Putra Ramadhan, dan Saiful Arif),
-          Kepala Kamar Blok i (K.M. Panda)
-          Minta profil lembaga di Pak Pungkas (Bankumluh),
-          Minta surat pemberitahuan bahwa mahasiswa telah melakukan penelitian di lembaga tersebut di Pak Ismeth (Bankumluh),
-          Wawancara dengan teman dekat konseli,
-          Wawancara dengan kepala kamar Blok i,
-          Wawancara dengan konseli (menanyakan kabar, Menggali permasalahan konseli),
3.
Rabu, 21 Juni 2017, Pukul 19:00 WIB
Keluarga Klien (Nenek, Pakde, Bukde) di Rumah Klien
-          Kenalan dengan keluarga konseli,
-          Menanyakan kebiasaan konseli sewaktu masih bersekolah dan ketika putus sekolah,
-          Foto bersama dengan Keluarga Konseli.
4.
Kamis, 22 Juni 2017, Pukul 13:30 WIB
Konseli
-          Memberikan tabel jadwal ibadah sholat, baca quran, wudhu, dan baca dzikir ke konseli,
-          Memberikan hadiah buku Panduan Sholat Lengkap dan buku Iqro’ kecil untuk dipelajari,
-          Treatment konseli dengan bacaan dzikir jahar.
5.
Kamis, 22 Juni 2017, Pukul 16:00 WIB
Ibu Konseli dan Pakde Mat di Rumah Konseli
-          Kenalan dengan ibu konseli,
-          Menanyakan kebiasaan konseli sewaktu masih bersekolah dan ketika putus sekolah.
-          Menanyakan penyebab konseli masuk di Rutan.
-          Foto bersama dengan Ibu Konseli.
6.
Jumat, 23 Juni 2017, Pukul 14:00 WIB
Konseli
-          Menanyakan kabar konseli,
-          Mengecek tabel jadwal rutin konseli yang sudah diceklis,
-          Treatment konseli dengan bacaan dzikir jahar.
7.
Kamis, 29 Juni 2017, Pukul 13:30 WIB
Konseli
-          Menanyakan kabar konseli,
-           Mengecek tabel jadwal rutin konseli yang sudah diceklis,
-           Treatment konseli dengan bacaan dzikir jahar.
8.
Jumat, 30 Juni 2017, Pukul 13:15 WIB
Konseli
-          Menanyakan kabar konseli,
-          Treatment konseli dengan bacaan dzikir jahar,
-          Memberikan hadiah buku novel bacaan ke konseli untuk dibaca – baca,
-          Memberikan no. Hp saya supaya tidak hilang kontak ketika keluar dari Rutan,
-          Pamitan dengan Konseli.

Setelah konselor menetapkan masalah konseli berdasarkan identifikasi masalah terhadap konseli, langkah selanjutnya adalah prognosa yaitu langkah untuk menetapkan jenis bantuan apa yang akan diberikan untuk membantu menyelesaikan permasalahan konseli. Dalam hal ini konselor memutuskan untuk menggunakan Terapi Dzikir dengan Bacaan Laa ilaaha illallaah untuk membantu konseli menghilangkan rasa kegelisahan, ketakutan dan penyesalan konseli serta menumbuhkan rasa ketenteraman dalam hati.
Dengan adanya rasa ketenteraman dalam hati maka akan mampu mencegah dari rasa kecemasan dalam diri konseli, dan sangat bagus diaplikasikan oleh konselor untuk mentreatmen yang dimana konseli perkembangan aspek spiritual keagamannya masih sangat kurang.
Treatment adalah pemberian arahan, saran, solusi, dan jalan keluar terhadap permasalahan konseli yang diberikan setelah konselor secara jelas mengetahui permasalahan konseli. Treatment diawali dengan mengadakan pertemuan antara konselor dan konseli. Pertemuan ini dilakukan dengan selingan canda tawa sambil berbincang – bincang tentang bagaimana kesehariannya baik ketika masih belum masuk Rutan maupun ketika masuk Rutan. Perbincangan yang hangat ini menjadi lebih interaktif dan kondusif. Konseli juga berseda mengikuti langkah terapi dengan baik.
Adapun tahapan pelaksanaan Terapi Dzikir jahar dengan Bacaan Laa ilaaha illallaah:
Sebelum berlanjut ke treatment, alangkah terlebih dahulu konselor menjelaskan tahapan – tahapan Terapi tersebut kepada konseli sebagai berikut:
1.      Syarat melakukan Dzikir Jahar yaitu dengan berwudhu sempurna, dengan suara pelan.
2.      Fungsi Dzikir Jahar yaitu Laa (membersihkan hati dari kotoran), ilaaha(pasang benteng dari hati yang kotor yang datang), illallaah(menghidupkan qolbu / nur ilahi).
3.      Pejamkan mata, rasakan dzikir itu mengalir dalam ruh kita, dzikir dari perut bawah naik ke atas lalu ke kanan lalu ke kiri (jantung kiri).
4.      Arah datangnya syaithon menggoda manusia ada 4 yaitu depan, belakang, kanan, kiri), dzikir harus menutupi 4 arah tersebut.
5.      Lalu ucapkan “Laa ilaaha illallaah” dibaca 33 kali, baik setelah sholat, maupun diwaktu bukan waktu sholat.
3.      Deskripsi Hasil Akhir Pelaksanaan Terapi Dzikir Jahar Dengan Bacaan Laa Ilaaha Illallaah Untuk Menangani Masalah Kecemasan Tahanan Anak Yang Putus Sekolah
Dari hasil wawancara bertahap, observasi bertahap, dan informasi yang konselor peroleh dari dua orang teman dekat konseli, kepala kamar Blok i, keluarga konseli (Pakde, Bukde, dan Nenek konseli), Ibu Konseli, serta si konseli sendiri dan yang terkhusus konselor peroleh dari Dua orang teman dekat konseli yang bernama Danang Putra Ramdhan dan Saiful Arif yang konselor mintai untuk memantau perkembangan konseli yang secara bertahap telah mengalami perubahan setelah selesai melakukan treatment dan ketika konseli yang dulunya masih gelisah, menyesal dan ternyata sekarang wajahnya terlihat ekspresi senyum terlihat ketika konselor melakukan canda tawa dengan konseli pada saat akhir pertemuan, dan sudah aktif melakukan ibadah meskipun baru tahap awal.
Meskipun konselor sudah tidak di Rutan lagi melakukan penelitian, konselor selalu mengingatkan konseli untuk tetap melakukan ibadah sholat 5 waktu, baca quran, dan baca dzikir tersebut. Dan konselor juga meminta kepada dua orang teman dekat tahanan konseli untuk terus memantau perkembangan agama konseli di dalam kamar Blok i. Dan juga kebetulan konselor punya teman akrab dengan pihak petugas Rutan namanya Pak Ismeth, konselor akan terus memantau konseli dari luar ketika konselor menanyakan keadaan konseli di Rutan baik menanyakannya lewat sosmed maupun tatap muka langsung di kedai kopi depan Kantor Rutan.
4.      Analisis Hasil Akhir Proses Terapi Dzikir Jahar Dengan Bacaan Laa Ilaaha Illallaah Untuk Menangani Masalah Kecemasan Tahanan Anak Yang Putus Sekolah
Setelah melakukan proses Terapi Dzikir Jahar dengan Bacaan Laa Ilaaha Ilallaah untuk menangani kecemasan pada diri konseli yang karena putus sekolah, maka dapat diketahui hasil akhir perubahan setelah melakukan terapi tersebut, meskipun tidak mencapai hasil signifikan 100%.
Pertama, yang dulunya tidak mampu dalam melakukan kegiatan ibadah, setelah konselor melakukan treatment ke konseli, hasilnya memuaskan berkat bantuan dua orang teman tahanan dekat konseli di kamar Blok i Rutan, berikut hasil observasi dari konselor:
Tabel 1.2
Jadwal Sholat Konseli
Tanggal
Subuh
Dhuhur
Ashar
Maghrib
Isya’
22 Juni 2017
Tidak
Ya
Ya
Ya
Ya
23 Juni 2017
Tidak
Ya
Ya
Ya
Ya
24 Juni 2017
Tidak
Ya
Ya
Ya
Ya
25 Juni 2017
Tidak
Ya
Ya
Ya
Ya
26 Juni 2017
Tidak
Ya
Ya
Ya
Ya
27 Juni 2017
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
28 Juni 2017
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
29 Juni 2017
Tidak
Ya
Ya
Ya
Ya
30 Juni 2017
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya

Tabel 1.3
Jadwal Kegiatan Ibadah Selain Sholat
Tanggal
Ngaji Baca Iqro’ Kecil
Bacaan Laa ilaaha illallaah
22 Juni 2017
Ya
Ya
23 Juni 2017
Ya
Ya
24 Juni 2017
Ya
Ya
25 Juni 2017
Ya
Ya
26 Juni 2017
Ya
Ya
27 Juni 2017
Ya
Ya
28 Juni 2017
Ya
Ya
29 Juni 2017
Ya
Ya
30 Juni 2017
Ya
Ya

Kedua, yang dulu sebelum proses terapi, konseli memiliki gejala perilaku yang tampak dengan masalah yang menimpanya, ketika setelah proses terapi telah mengalami perubahan drastis. Berikut penjelasan tabelnya:

Tabel 1.4
Perilaku yang ditunjukkan konseli sebelum proses terapi
No.
Perilaku yang ditunjukkan konseli
Gejala Psikologis Konseli
Terlihat
Kadang Terlihat
Tidak Terlihat
1.
Pandangan mata tidak mengarah ke konselor
Kehilangan motivasi
Iya
-
-
2.
Tangan dan kaki digerak-gerakkan terus
Gelisah
Iya
-
-
3.
Wajah terus menunduk
Menyesal
Iya
-
-

Tabel 1.5
Perilaku yang ditunjukkan konseli setelah proses terapi
No.
Perilaku yang ditunjukkan konseli
Gejala Psikologis Konseli
Terlihat
Kadang Terlihat
Tidak Terlihat
1.
Pandangan mata tidak mengarah ke konselor
Kehilangan motivasi
-
Iya
-
2.
Tangan dan kaki digerak-gerakkan terus
Gelisah
-
-
Iya
3.
Wajah terus menunduk
Menyesal
-
-
Iya

Untuk memperkuat keberhasilan proses konseling dan terapi tersebut, peneliti menggunakan pedoman persentase perubahan perilaku dengan kriteria sebagai berikut:[34]
1.        Kurang dari 60%           = Kurang Berhasil
2.        60% - 75%                     = Cukup Berhasil
3.        75% – 100%                  = Berhasil
Analisis keberhasilan tersebut dapat diketahui sebagai berikut:
1.        Gejala yang tidak terlihat                      = 2 poin
2.        Gejala yang kadang terlihat                   = 1 poin
3.        Gejala yang terlihat                                = 0 poin
2/3 X 100%        = 66,6%
1/3 X 100%        = 33,3%
0/3 X 100%        = 0%
Sehingga berdasarkan persentase diatas dapat diketahui bahwa hasil akhir dari Terapi Dzikir Jahar Dengan Bacaan Laa Ilaaha Illallaah Untuk Menangani Masalah Kecemasan Tahanan Anak Yang Putus Sekolah, dikatakan “Cukup Berhasil” (60% - 75%) dengan persentase 66,6%.
Ketiga, konselor memberikan skala angket kecemasan putus sekolah sebelum treatment dan setelah treatment, dan hasilnya adalah: Terlihat jelas sedikit berubah, dari jumlah skala angket sebelum terapi yaitu 45 (kategori tingkat kecemasan masih tinggi), lalu berubah menjadi jumlahnya 50 (kategori tingkat kecemasan sudah mulai menurun sedikit) setelah terapi. Lihat Tabel berikut:
Tabel 1.6
Skala Angket Putus Sekolah Sebelum Proses Terapi
No.
Pertanyaan
SS/1
S/2
TS/3
STS/4
1.
Saat ini saya sudah tidak ingin melanjutkan pendidikan kembali


Ya

2.
Keinginan saya saat ini adalah dapat melanjutkan pendidikan kembali

Ya


3.
Keinginan saya untuk melanjutkan pendidikan berdasarkan keinginan saya sendiri bukan karena orang lain
Ya



4.
Saya sudah tidak tertarik untuk melanjutkan pendidikan dibangku sekolah formal seperti dulu lagi

Ya


5.
Hanya dengan mengandalkan ijazah SMP saja hidup saya ke depan akan baik – baik saja, jadi saya rasa tidak perlu melanjutkan pendidikan kembali

Ya


6.
Saya ingin melanjutkan pendidikan kembali karena saya rasa dalam hidup ke depan tidak cukup apabila hanya mengandalkan ijazah SMP saja
Ya



7.
Hanya dengan mengandalkan ijazah SMP, tentu akan menyulitkan saya dalam mencari pekerjaan

Ya


8.
Bagi saya hanya dengan mengandalkan ijazah SMP saja tidak akan menyulitkan saya dalam urusan mencari pekerjaan
Ya



9.
Orang yang dapat mewujudkan mimpi dan cita – citanya adalah seseorang yang memiliki ijazah SMA/SMK, maka dari itu saya ingin melanjutkan pendidikan kembali
Ya



10.
Orang yang dapat berhasil dan sukses adalah orang yang memiliki ijazah SMA/SMK maka dari itu saya ingin melanjutkan pendidikan kembali
Ya



11.
Tanpa ijazah SMA/SMK saya yakin dapat mewujudkan cita – cita saya
Ya



12.
Tanpa ijazah SMA/SMK saya yakin dapat berhasil dan sukses


Ya

13.
Jika saya berijazah SMA/SMK tentu saya akan bangga atas diri saya sendiri
Ya



14.
Saya bangga atas diri sendiri walaupun hanya berijazah SMP saja


Ya

15.
Kurangnya dukungan dari orang tua untuk bersekolah menyebabkan saya putus sekolah


Ya

16.
Kurangnya pengawasan dari orang tua menyebabkan saya putus sekolah


Ya

17.
Orang tua saya selalu mendukung saya untuk bersekolah
Ya



18.
Orang tua saya selalu mendukung dan mengupayakan agar saya tetap bersekolah walaupun mereka tidak punya biaya
Ya



19.
Sewaktu saya masih bersekolah dulu, kehadiran saya diterima dengan bak oleh pihak sekolah (guru dan teman – teman sekolah)
Ya



20.
Saya putus sekolah karena saya dipengaruhi oleh teman – teman sekolah saya dulu
Ya



21.
Teman – teman bergaul di lingkungan tempat tinggal saya yang telah mempengaruhi saya putus sekolah
Ya



22.
Teman – teman bergaul di lingkungan tempat tinggal saya sangat mendukung saya untuk dapat melanjutkan pendidikan kembali



Ya
23.
Banyak kegiatan menarik yang dapat di lakukan sekolah, hal tersebut yang membuat saya ingin melanjutkan pendidikan kembali

Ya


24.
Saya lebih tertarik untuk melakukan kegiatan di luar sekolah, misalnya bekerja atau bermain – main



Ya

Tabel 1.7
Skala Angket Putus Sekolah Setelah Proses Terapi
No.
Pertanyaan
SS/1
S/2
TS/3
STS/4
1.
Saat ini saya sudah tidak ingin melanjutkan pendidikan kembali


Ya

2.
Keinginan saya saat ini adalah dapat melanjutkan pendidikan kembali
Ya



3.
Keinginan saya untuk melanjutkan pendidikan berdasarkan keinginan saya sendiri bukan karena orang lain

Ya


4.
Saya sudah tidak tertarik untuk melanjutkan pendidikan dibangku sekolah formal seperti dulu lagi



Ya
5.
Hanya dengan mengandalkan ijazah SMP saja hidup saya ke depan akan baik – baik saja, jadi saya rasa tidak perlu melanjutkan pendidikan kembali



Ya
6.
Saya ingin melanjutkan pendidikan kembali karena saya rasa dalam hidup ke depan tidak cukup apabila hanya mengandalkan ijazah SMP saja
Ya



7.
Hanya dengan mengandalkan ijazah SMP, tentu akan menyulitkan saya dalam mencari pekerjaan
Ya



8.
Bagi saya hanya dengan mengandalkan ijazah SMP saja tidak akan menyulitkan saya dalam urusan mencari pekerjaan



Ya
9.
Orang yang dapat mewujudkan mimpi dan cita – citanya adalah seseorang yang memiliki ijazah SMA/SMK, maka dari itu saya ingin melanjutkan pendidikan kembali
Ya



10.
Orang yang dapat berhasil dan sukses adalah orang yang memiliki ijazah SMA/SMK maka dari itu saya ingin melanjutkan pendidikan kembali
Ya



11.
Tanpa ijazah SMA/SMK saya yakin dapat mewujudkan cita – cita saya
Ya



12.
Tanpa ijazah SMA/SMK saya yakin dapat berhasil dan sukses
Ya



13.
Jika saya berijazah SMA/SMK tentu saya akan bangga atas diri saya sendiri
Ya



14.
Saya bangga atas diri sendiri walaupun hanya berijazah SMP saja


Ya

15.
Kurangnya dukungan dari orang tua untuk bersekolah menyebabkan saya putus sekolah


Ya

16.
Kurangnya pengawasan dari orang tua menyebabkan saya putus sekolah


Ya

17.
Orang tua saya selalu mendukung saya untuk bersekolah
Ya



18.
Orang tua saya selalu mendukung dan mengupayakan agar saya tetap bersekolah walaupun mereka tidak punya biaya
Ya



19.
Sewaktu saya masih bersekolah dulu, kehadiran saya diterima dengan bak oleh pihak sekolah (guru dan teman – teman sekolah)

Ya


20.
Saya putus sekolah karena saya dipengaruhi oleh teman – teman sekolah saya dulu



Ya
21.
Teman – teman bergaul di lingkungan tempat tinggal saya yang telah mempengaruhi saya putus sekolah

Ya


22.
Teman – teman bergaul di lingkungan tempat tinggal saya sangat mendukung saya untuk dapat melanjutkan pendidikan kembali

Ya


23.
Banyak kegiatan menarik yang dapat di lakukan sekolah, hal tersebut yang membuat saya ingin melanjutkan pendidikan kembali

Ya


24.
Saya lebih tertarik untuk melakukan kegiatan di luar sekolah, misalnya bekerja atau bermain – main


Ya


D.    Penutup
1.      Kesimpulan
a.       Proses Pelaksanaan Terapi Dzikir Jahar Dengan Bacaan Laa Ilaaha Illallaah Untuk Menangani Kecemasan Tahanan Anak Yang Putus Sekolah dilakukan denganmenggunakan Terapi Dzikir dengan Bacaan Laa ilaaha illallaahuntuk membantu konseli menghilangkan rasa kegelisahan, ketakutan dan penyesalan konseli serta menumbuhkan rasa ketenteraman dalam hati.
b.      Hasil akhir pelakasanaan dari Studi Kasus Pendekatan Terapi Dzikir Jahar Dengan Bacaan Laa Ilaaha Illallaah Untuk Menangani Kecemasan Tahanan Anak Yang Putus Sekolah ini cukup berhasil dalam menangani kecemasan putus sekolah sang anak tahanan tersebut “Cukup Berhasil”.
2.      Saran
a.       Secara Teoritik
Peneltian ini berfokus pada Proses Terapi Dzikir Jahar Dengan Bacaan Laa Ilaaha Illallaah yang diaplikasikan dalam menangani kecemasan Tahanan Anak Yang Putus Sekolah dengan melihat proses dan hasilnya, maka penulis menyarankan adanya penelitian lanjutan tentang pendekatan tersebut. Hal ini sangat perlu guna menambah dan mengembangkan khazanah keilmuan di Prodi BKI apalagi Prodi tersebut lebih mencolok ke terapi keagamaannya serta mengembangkan dan menyempurnakan penelitian ini yang jauh dari kesempurnaan karena masih banyak kekurangan.
b.      Secara Praktik
Bagi konseli, agar senantiasa tidak berputus asa meraih impian mereka, untuk mencapai impian tersebut tentu saja dimulai usaha keras dari sekarang, berakhlaq dalam situasi apapun dan yang terpenting membuat rancangan kehidupan dalam mencapai apa yang mereka inginkan serta mencontoh hal – hal yang bermanfaat dari idola yang mereka kagumi.
Bagi Orangtua, Keluarga adalah pilar yang sangat menentukan pribadi dan perkembangan anak terutama ayah dan ibu, sesibuk apapun pekerjaan seberapa pentingnya pekerjaan sebaiknya agar orang tua menyempatkan beinteraksi dan komunikasi tetap dijaga agar anak tidak mengalami kecemasan akut, karena orangtualah motivasi yang penting bagi diri anak sehingga anak bisa menatap masa depan yang cerah.
E.     Daftar Pustaka
Zakiah Darajat, Problema Remaja Di Indonesia, Jakarta: Bulan Bintang, 1974
Abd. Aziz Ahyani, Psikologi Agama, Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2011
Agus Santoso, dkk., Terapi Islam, Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2013
‘Aidh al-Qarni, La Tahzan Jangan Bersedih!.Terjemahan Samson Rahman, Jakarta: Qisthi Press, 2007, Cet. Ke-20
Jehru M Echal dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 1994
M. Amin Syukur dan Fathimah Usman, Terapi Hati, Jakarta: Erlangga, 2012
Mir Valiuddin, Dzikir & Kontemplasi dalam Tasawuf, Bandung: Pustaka Hidayah, 1997
Kharisudin Aqib, Al Hikmah (Memahami Teosofi Tarekat Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah), Ujung Pandang: CV Dunia Ilmu, 1997
V.Mark Durand & David H. Barlow, Psikologi Abnormal, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006
Jeffrey S. Nevid, Spencer A. Rathus dan Beverly Greene, Psikologi Abnormal, Jakarta: Erlangga, 2013
M. Nur Ghufron & Rini Risnawati S, Teori – teori Psikologi, Yogyakarta: AR-Ruzz Media, 2014
Suyanto, & Abbas, Wajah dan dinamika pendidikan anak bangsa, Yogyakrta: Adicita, 2001
F.b Surbakti, Kenalilah Anak Remaja Anda, Cet I, Jakarta: Komputindo, 2008
Tohirin, Metode Penelitian Kualitatif (dalam pendidikan dan bimbingan konseling), Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012
http://kbbi.web.id
Chaplin, C.P. Kamus Lengkap Psikologi, Terjemahan Dr. Kartini Kartono, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995
Amin Syukur & Fatimah Usman, Terapi Hati, Jakarta: PENERBIT AIRLANGGA, 2012
Sutardjo A. Wiramiharja, Pengantar Psikologi Abnormal, Bandung: PT Refika Aditama, 2005
Lanny W. Baily, Mengatasi Persoalan Hidup,Yogyakarta: Yayasan Andi, 1998
M. Nur Ghufron & Rini Risnawati S, Teori – Teori Psikologi, Yogyakarta: AR-Ruzz Media, 2014
Iwan Pramono,dkk., Pola Pembinaan Kepribadian Narapidana Bagi Petugas di Lapas / Ruta, Jakarta: Dirjen Pemasyarakatan, 2013
Wagiati Soetedjo dan Melani, Hukum Pidana Anak, Bandung: Refika Aditama, 2013
Suharsimi Ariskunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT. Asdi Mahasatya, 2002


[1] Zakiah Darajat, Problema Remaja Di Indonesia, (Jakarta: Bulan Bintang, 1974), Hal: 149
[2] Hasil survei di Rutan Kelas 1 Surabaya ketika masih agenda PPL di tempat tersebut.
[3] Abd. Aziz Ahyani, Psikologi Agama, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2011), Hal: 166
[4] Agus Santoso, dkk., Terapi Islam, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2013), Hal: 42
[5] ‘Aidh al-Qarni, La Tahzan Jangan Bersedih!. Terjemahan Samson Rahman (Jakarta: Qisthi Press, 2007), Cet. Ke-20, Hal:29
[6] Jehru M Echal dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia,(Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 1994), hal. 112
[7] M. Amin Syukur dan Fathimah Usman, Terapi Hati, (Jakarta: Erlangga, 2012), hal. 59 – 60
[8] M. Amin Syukur dan Fathimah Usman, Terapi Hati, (Jakarta: Erlangga, 2012), hal. 60
[9] Mir Valiuddin, Dzikir & Kontemplasi dalam Tasawuf, (Bandung: Pustaka Hidayah, 1997), hal. 121
[10] Kharisudin Aqib, Al Hikmah (Memahami Teosofi Tarekat Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah), (Ujung Pandang: CV Dunia Ilmu, 1997), hal. 178
[11] Kharisudin Aqib, Al Hikmah (Memahami Teosofi Tarekat Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah), (Ujung Pandang: CV Dunia Ilmu, 1997), hal. 179
[12] Kharisudin Aqib, Al Hikmah (Memahami Teosofi Tarekat Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah), (Ujung Pandang: CV Dunia Ilmu, 1997), hal. 181
[13] V. Mark Durand & David H. Barlow, Psikologi Abnormal, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), hal. 159
[14]Jeffrey S. Nevid, Spencer A. Rathus dan Beverly Greene, Psikologi Abnormal, (Jakarta: Erlangga, 2013), hal. 164
[15] M. Nur Ghufron & Rini Risnawati S, Teori – teori Psikologi, (Yogyakarta: AR-Ruzz Media, 2014), hal. 145 - 147
[16] Suyanto, & Abbas, Wajah dan dinamika pendidikan anak bangsa,(Yogyakrta: Adicita, 2001), hal. 43
[17] F.b Surbakti, KenalilahAnak Remaja Anda, Cet I, ( Jakarta: Komputindo, 2008), hal. 58
[18]Tohirin, Metode Penelitian Kualitatif (dalam pendidikan dan bimbingan konseling), (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), hal. 2
[19]Tohirin, Metode Penelitian Kualitatif (dalam pendidikan dan bimbingan konseling), (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), hal. 20
[20] http://kbbi.web.id
[21] Chaplin, C.P. Kamus Lengkap Psikologi, Terjemahan Dr. Kartini Kartono, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995), Hal. 34
[22] Amin Syukur & Fatimah Usman,  Terapi Hati, (Jakarta: PENERBIT AIRLANGGA, 2012), Hal: 59
[23] Amin Syukur & Fatimah Usman,  Terapi Hati, (Jakarta: PENERBIT AIRLANGGA, 2012), Hal: 62
[24] Mir Valiuddin, Dzikir & Kontemplasi dalam Tasawuf, (Bandung: Pustaka Hidayah, 1997), hal. 125
[26] Sutardjo A. Wiramiharja, Pengantar Psikologi Abnormal (Bandung: PT Refika Aditama, 2005), Hal: 67
[27] Lanny W. Baily, Mengatasi Persoalan Hidup, (Yogyakarta: Yayasan Andi, 1998), Hal: 27
[28] M. Nur Ghufron & Rini Risnawati S, Teori – Teori Psikologi, (Yogyakarta: AR-Ruzz Media, 2014), Hal: 147
[29] F.b Surbakti, KenalilahAnak Remaja Anda, Cet I ( Jakarta: Komputindo, 2008), hal. 58
[31] Iwan Pramono,dkk., Pola Pembinaan Kepribadian Narapidana Bagi Petugas di Lapas / Ruta, (Jakarta: Dirjen Pemasyarakatan, 2013), Hal: 10
[32] Wagiati Soetedjo dan Melani, Hukum Pidana Anak,(Bandung: Refika Aditama, 2013), hal. 166
[33]Suharsimi Ariskunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT. Asdi Mahasatya, 2002), hal. 200
[34]Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), hal. 210.

0 Response to "Jurnal Skripsi-Ku"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel