Alih-Alih Mendapat Syafaat (Nabi Atau Orang Sholeh) Membuat Seorang Mukmin Lalai Akan Perintah Allah, Dan Salah Dalam Memohon Syafaat
Alih-Alih Mendapat Syafaat (Nabi Atau Orang Sholeh) Membuat Seorang Mukmin Lalai Akan Perintah Allah, Dan Salah Dalam Memohon Syafaat - Kita ketahui dengan seksama pada saat ini banyak sekali ditemui orang mukmin yang enggan diajak beribadah, terutama sholat dengan berbagai jawaban dan alasan. Dan tidak sering juga kita temukan jawaban-jawaban mereka yang mengatakan bahwa "SEMUA ORANG ISLAM AKAN MASUK SURGA DAN MENDAPATKAN SYAFAAT DARI NABI MUHAMMAD".
Namun apakah mereka lupa semua itu butuh usaha dan bukan hanya mengharap?
Sebagai contoh sederhana:
Seseorang yang ingin sampai ke suatu tujuan, Mis: Dari Rumah Ingin Menuju Ke Kantor maka ia harus berjalan untuk menuju ke Kantornya, dengan berjalan kaki, maupun menaiki kendaraan. Begitu pula dengan syurga, kita butuh usaha untuk meraihnya, yaitu dengan ketaatan kita beribadah kepada Allah, dengan meningkatkan Tauhid kita kepadanya. Bukan mengharap mendapatkan Syafaat tanpa usaha sedikitpun, serta meminta Syafaat dengan cara yang salah atau menyingkirkan Tauhid kepada Allah.
Allah berfirman:
Dan berilah peringatan dengan apa yang telah diwahyukan itu kepada orang-orang yang takut akan dikumpulkan kepada Rabb mereka (pada hari kiamat), sedang mereka tidaklah mempunyai seorang pelindung dan pemberi syafaatpun selain Allah, agar mereka bertakwa. (QS. Al an’am: 51).
Katakanlah (hai Muhammad): "hanya milik Allah-lah syafaat itu semuanya. (QS. Az zumar: 44).
Tiada seorang pun yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa seizin-Nya. (QS. Al baqarah: 225).
Dan berapa banyak malaikat di langit, syafaat mereka sedikitpun tidak berguna, kecuali sesudah Allah mengiizinkan (untuk diberi syafaat) bagi siapa saja yang dikehendaki dan diridhai-Nya. (QS. An Najm: 26).
Katakanlah: “serulah mereka yang kamu anggap (sebagai tuhan) selain Allah, mereka tak memiliki kekuasaan seberat dzarrahpun di langit maupun di bumi, dan mereka tidak mempunyai suatu andil apapun dalam (penciptaan) langit dan bumi, dan sama sekali tidak ada di antara mereka menjadi pembantu bagi-Nya. Dan tiadalah berguna syafaat di sisi Allah, kecuali bagi orang yang telah diizinkan-Nya memperoleh syafaat itu … (QS. Saba’: 22).
Dan mereka tidak dapat memberi syafa’at, kecuali kepada orang yang diridhai Allah. (QS. Al Anbiya’: 28).
Dan diberitakan oleh Nabi:
bahwa beliau pada hari kiamat akan bersujud kepada Allah dan menghaturkan segala pepujian kepada-Nya, beliau tidak langsung memberi syafaat lebih dahulu, setelah itu baru dikatakan kepada beliau: “Angkatlah kepalamu, katakanlah niscaya ucapanmu pasti akan didengar, dan mintalah niscaya permintaanmu akan dikabulkan, dan berilah syafa’at niscaya syafa’atmu akan diterima. (HR. Bukhari dan Muslim).
Abu Hurairah bertanya kepada beliau:
siapakah orang yang paling beruntung mendapatkan syafa’atmu? Beliau menjawab: “yaitu orang yang mengucapkan la Ilaha Illallah dengan ikhlas dari dalam hatinya.(HR. Bukhari dan Ahmad)
Kesimpulan:
- Syafa’at yang ditetapkan ini adalah syafaat untuk Ahlul Ikhlas Wattauhid (orang-orang yang mentauhidkan Allah dengan ikhlas karena Allah semata) dengan seizin Allah; bukan untuk orang yang menyekutukan Allah dengan yang lain-Nya.
- Dan pada hakikatnya, bahwa hanya Allah lah yang melimpahkan karunia-Nya kepada orang-orang yang ikhlas tersebut, dengan memberikan ampunan kepada mereka, dengan sebab doanya orang yang telah diizinkan oleh Allah untuk memperoleh syafa’at, untuk memuliakan orang tersebut dan menempatkannya di tempat yang terpuji.
- Jadi, syafa’at yang ditiadakan adalah yang di dalamnya terdapat kemusyrikan. Untuk itu Allah telah menetapkan dalam beberapa Firman-Nya, bahwa syafaat itu hanya ada dengan izin Allah; Dan Nabi pun sudah menjelaskan bahwa syafaat itu hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang bertauhid dan ikhlas karena Allah semata”.
- Kemusyrikan terjadi jika kita meminta Syafaat dengan tidak mengamalkan Tauhid kepada Allah, salah satu contoh dalam do'a seseorang ketika meminta Syafaat pada Nabi maupun Orang Sholeh dengan Lafads sebagai berikut: "Ya Rasulullah berikanlah aku syafaatmu" lafads ini sering kita dengar dan sudah tidak asing, namun dimanakah tauhid kita kepada Allah? dengan meminta kepada selain Allah tanpa seizinnya !! adapun contoh kalimat yang benar adalah sebagai berikut: "Ya Allah izinkanlah Rasulullah (Nabi Muhammad) memberikan Safaatnya kepada Ku (Hamba)"
- Laksanakanlah perintah Allah dan Jauhi larangannya, beribadahlah kepada-Nya dengan Ikhlas, dan jangan mengharap sesuatu tanpa berusaha.
Penjelasan Poin 4:
- Kalimat Syahadat Yang Artinya: "Aku Bersaksi Tiada Tuhan Selain Allah, dan Aku Bersaksi Muhammad Adalah Utusan Allah".
- Jelas kita tahu maknanya bahwa Allah tidak mungkin di 2 kan, atau di nomor 2 kan dalam hal apapun, atau dapat disebut tidak mungkin menyekutukan-Nya. Hal ini sebagai bentuk Tauhid kita kepadanya.
- Jika kalimat "Ya Rasulullah berikanlah aku syafaatmu" maka jelas hal ini menggambarkan bentuk Tauhid yang salah, karena tujuan kita meminta bukan kepada Allah.
- Bandingkan dengan kalimat "Ya Allah izinkanlah Rasulullah (Nabi Muhammad) memberikan Safaatnya kepada Ku (Hamba)", dari kalimat ini jelas menggambarkan Tauhid kita kepada Allah, karena kita meminta kepada Allah dan tidak menyekutukan, menduakan, atau menomor 2 kan Allah pada Hakikatnya.
Semoga dengan penjelasan singkat ini dapat mengetuk hati kita semua, dan dapat menjadi makna penting dalam mengenal Tauhid kepada Allah, dan makna Syafaat yang sebenarnya.
0 Response to "Alih-Alih Mendapat Syafaat (Nabi Atau Orang Sholeh) Membuat Seorang Mukmin Lalai Akan Perintah Allah, Dan Salah Dalam Memohon Syafaat"
Post a Comment